Senin, 20 Juni 2011

Sweet Spring part 1


Part 1


“Ayah, aku berangkat!” kata cowok itu sambil menyandang tas sekolahnya. Bergegas ia mengayuh sepedanya menjauhi rumah.
“Sekolah yang benar Kenichi!!!” teriak lelaki tua yang baru saja menurunkan sayur-sayuran dari mobil pick up yang parkir disamping rumah.
“Hei, tak usah berteriak seperti itu donk, Abe.” Kata seorang  lelaki lagi yang membantu menurunkan sayur-sayuran dari mobil tersebut.
“Dia itu perlu sedikit dikerasi agar bisa diatur. Bayangkan saja, selama semester 2 kemarin, ia hampir tidak mengerjakan tugas-tugasnya, nilainya merosot, bahkan ia berani bolos sekolah. Aku bahkan sudah bosan tiap bulan harus datang ke sekolahnya hanya untuk mendengar ocehan guru wali kelasnya!” cerocos orangtua itu dengan wajah masam.
“Haha, sudahlah, jangan terlalu keras padanya. Dia kan baru beranjak dewasa. Wajar kalau seperti itu.” Kata lelaki itu sambil menepuk pundak kawannya.
“Tidak bisa! Kakaknya saja waktu seumur dia sudah banyak membanggakanku. Dia? Beda jauh sekali dengan kakaknya! Kerjanya hanya malas-malasan, tidak mau membantu di kedai, di sekolahpun tak ada yang membanggakan! Entahlah, aku harus berbuat apalagi..” orangtua itu mulai lelah. Tak terasa seluruh sayuran sudah berpindah tempat di dapur sekarang.
“Tapi, Ayumi kan perempuan, wajar saja kalau ia lebih rajin dari adiknya.” Lelaki itu menanggapi kekesalan kawannya.
“Tak ada bedanya dengan anak laki-laki dan perempuan!” orangtua itu mulai kesal.
“Haha,sifatmu memang tak berubah dari dulu ya? Tetap saja keras kepala. Baiklah, aku pergi dulu, Abe.” Kata lelaki itu sambil menutup pintu mobil pick upnya dan mulai menstarter mobilnya pergi meninggalkan orangtua itu dengan lambaian dari jauh yang terlihat samar dari kaca spionnya yang basah oleh embun.
******
Masih pukul 6 pagi, ia sudah sampai di stasiun. Memarkirkan sepedanya di tempat parkir dan berjalan sok masuk ke stasiun. Pagi ini masih terasa sedikit dingin meskipun sudah masuk musim semi. Ia memandang sekeliling. Sudah banyak orang-orang mengantri tiket untuk naik kereta, ia ikut mengantri di belakang seorang wanita berblazer merah. Kurang lebih 15 menit mengantri, ia membeli tiket keretanya dan berjalan kearah ruang tunggu.
Tiba-tiba, Bruukk.. ia terjatuh dengan wajah kaget memandang seorang gadis yang terengah menunduk di hadapannya. “Maaf, Maaf.. Aku tidak sengaja menabrakmu. Maaf ya..” katanya sambil terengah. “Aku buru-buru, maaf sekali yaa..” katanya sambil berlari berlalu  meninggalkan Kenichi dengan wajah kesal.
“Cih, seenaknya saja minta maaf  lalu pergi begitu saja. Setidaknya, dia tak mau berkenalan  denganku apa..?” katanya sambil membersihkan bajunya dari debu.
“Tapi, tak apalah, lumayan, pagi-pagi sudah ditabrak cewek cantik.” Katanya sambil meringis.
******
Pelajaran pertama, Sains, Lab IPA
“Hayashi, jelaskan ulang pelajaran hari ini.” Kata lelaki botak berkacamata minus itu memandang tajam kearah Kenichi. Cowok yang sedari tadi melamun itu, balik memandang lelaki itu dengan wajah bingung.
“Ayo cepat!” bentaknya sekali lagi. Seluruh mata mulai memandang Kenichi. Ia mengerjap-kerjapkan mata sambil melihat whiteboard yang terpajang di depan kelas. ‘Sial, kenapa tidak ada tulisannya!’ ia menggerutu dalam hati.
“Kau! Sudah berapa kali kau tidak pernah memperhatikan kelasku. Keluar sekarang!” bentaknya sambil berkacak pinggang. Dengan langkah terseret ia keluar dari kelas diiringi bisik tawa teman-temannnya. ‘Hah, sialan. Kenapa aku yang selalu kena sih?!’ gerutunya sambil berdiri disamping pintu Laboratorium. Ia memandang kearah lorong panjang yang dipisahkan oleh tangga untuk turun ke lantai dasar. Jauh disana dekat belokan tangga menuju kantin, seorang gadis berdiri sambil menundukkan kepalanya. Iseng, ia mendatangi gadis itu dengan berjalan sok seperti biasanya. Ia sampai di depan gadis itu dan menoleh sambil memasukkan tangannya ke saku dengan sok. Ia memandang lama gadis yang menundukkan kepalanya itu. Ia tak bisa dengan jelas melihat wajah gadis itu karena setengah wajahnya tertutup poni. Merasa ada seseorang yang berdiri di hadapannya, gadis itu menengadahkan muka dan terbelalak. Kenichi sontak mengeluarkan tangannya dari saku dan terbelalak menunjuk gadis itu. Sama halnya dengan Kenichi, gadis itu pun terbelalak menatapnya.
“Hei, kau sekolah disini juga? Murid baru?” Tanya Kenichi heran.
“Tidak.” Jawab gadis itu singkat.
“Kenapa aku tak pernah bertemu dengan mu?” tanyanya lagi
“Mana aku tahu.” Jawabnya singkat.
“Lalu, kenapa kau berdiri disini?” Kenichi memandang gadis itu heran.
“Aku terlambat masuk kelas. Pak Yamada tidak memperbolehkan aku masuk ke kelasnya.”
“Ooh,” mulut Kenichi membentuk huruf O bulat.
“Lalu, kau sendiri sedang apa keliaran saat pelajaran begini? Kau dihukum ya?!” Gadis itu balik Tanya.
“Aku? Tidak mungkin lah. Aku mau mengisi perut ke kantin dulu.” Katanya santai. Tak lama kemudian, seorang lelaki yang baru saja keluar dari laboratorium terbelalak melihat muridnya itu sedang santai berbincang-bincang dengan seorang gadis.
“KENICHIIIIII!!!!!!!!” teriak lelaki botak yang memandangnya jauh dari pintu Laboratorium. Wajahnya sudah bisa di tebak merah marah.
Kenichi menoleh dengan wajah ketakutan, ‘Astaga, si botak itu lagi.’ Gerutunya dalam hati. “Eh,  Sudah ya? Aku mau ke kantin dulu. Haha, lapar sekali perutku ini.” Kata Kenichi sambil memaksakan senyum. Ia segera berlari menuruni tangga.
“Dasar bocah berandal. Liat saja kau nanti!” gerutu lelaki itu dari kejauhan. Gadis itu masih bingung melihat kejadian tadi. Ia mengernyitkan dahi, lalu tertawa manis.
******
“Kenichi, kau tidak belajar lagi?” Tanya seorang cewek sambil mengaduk susu di cangkir putih motif bunga tersebut.
“Oh? Kakak, ya, setelah ini aku belajar.” Katanya asal-asalan sambil membolak-balikkan komik yang ia baca.
“Baiklah. Kalau sudah, usahakan bantu ayah di kedai ya? Akhir-akhir ini pelanggannya semakin banyak. Kasihan kalau ayah sampai kelelahan.” Kata Ayumi sambil menaruh cangkir itu di atas meja belajar Kenichi.
“Ya ya ya.” Jawabnya sambil lalu. Ayumi hanya memandangnya kesal. Ia segera berjalan keluar kamar adiknya itu.
“Untuk siapa cangkir itu?” Tanya Kenichi sambil melihat cangkir itu dan menoleh ke kakaknya yang berdiri di luar pintu kamar.
“Untukmu. Sudah, cepat belajar sana! Lalu bantu kami di kedai!!” kata Ayumi sambil menghilang di balik dinding.
“Ya ya ya.” Jawabnya lagi sambil kembali membaca buku komiknya.
******
“Ayah, jangan terlalu keras dengan Kenichi donk.” Kata Ayumi sambil membersihkan meja makan yang baru saja digunakan tamu untuk makan ramen tadi.
“Hah, aku sudah lelah. Beribu kali sudah aku nasihati. Dia tetap saja begitu.” Balas ayahnya sambil mencicipi kuah ramennya.
“Semenjak ayah dan ibu cerai dia jadi seperti itu.” Kata Ayumi bersandar di tembok kedainya.
“Ya, aku juga merasa bersalah dengan memutuskan berpisah dengan ibu. Tapi mau bagaimana lagi.”
“Hmm, semenjak itu. Kenichi tidak suka terhadap wanita. Ia bahkan tidak mau dekat denganku karena aku mirip ibu. Aku juga tidak pernah dengar kalau dia punya pacar. Padahal kalau dihitung, anak seumur Kenichi seharusnya sudah merasakan bagaimana jatuh cinta atau pacaran. Tapi dia sama sekali tidak.”
Tepat saat kata-kata itu selesai, seorang gadis dengan masih berseragam masuk ke kedai mereka. Sontak dengan wajah tersenyum mereka menyambut,
“Selamat Datang, Nona. Silahkan duduk. Menu Spesial Hari ini,….” belum selesai lelaki itu berkata, gadis itu langsung menyahut, “Aku pesan ramen yang biasa saja.” Katanya dengan wajah lelah sambil duduk di kursi dekat tembok.
“Oh, baiklah. Ramennya akan segera siap dalam waktu 10 menit!” kata lelaki itu sambil mulai meracik ramennya. Gadis itu memangku tasnya dan mengambil air mineral dari tasnya. Ia meminumnya pelan. Wajahnya tampak sangat lelah.
Ayumi melirik gadis itu dari balik meja yang membatasi meja tamu dengan dapur kecil untuk meracik ramen. Seragam itu adalah seragam untuk cewek di sekolah Kenichi.
“Ramennya telah siap. Silahkan dinikmati, Nona.” Kata lelaki itu sambil memberikan mangkuk ramen pesanannya.
“Terimakasih.” Ia mengambil sumpit dan mulai memakannya, “Itadakimasu”
Selang beberapa menit kemudian, dari pintu belakang menyembul keluar Kenichi dengan rambut acak-acakan sambil memegangi remote tivi. “Kakak, remotenya rusak.” Katanya sambil masuk ke kedai.
Ia melihat ke tamu yang datang dan terbelalak. Tak lama pandangan mereka beradu. Tak lama kemudian, gadis itu tertawa sambil menutup mulutnya. Merasa ada yang salah, Ia segera keluar dari kedai dan mengatur rambutnya sehingga tampak sedikit rapi. Ia masuk ke dalam kedai lagi dan berkata dengan sok, “Sepertinya, remotenya tidak rusak. Yeah, semuanya baik-baik saja.” Katanya lagi lalu pergi masuk  kerumah.
Ayah dan kakaknya bengong. Ayumi melirik ayahnya, lalu ia segera berbalik dan membuka pintu kecil pembatas antar meja tersebut. Ia segera duduk disamping gadis berambut panjang itu. Ayahnya yang sedari tadi sibuk dengan ramennya, segera ikut mendengarkan dari balik meja pembatas.
“Nah, Nona. Kami ingin tanya sesuatu padamu.” Kata Ayumi menatap lekat wajah gadis itu sambil tersenyum simpul. Merasa, ada yang aneh, gadis itu mengikuti apa kata Ayumi dan mulai berbicara.
******

Arsip Blog